Kasus Covid-19 Meningkat Lagi, Ekonomi Indonesia Bakal Anjlok?

Kasus Covid-19 Meningkat Lagi, Ekonomi Indonesia Bakal Anjlok? Kasus Covid-19 Meningkat Lagi, Ekonomi Indonesia Bakal Anjlok?

Kasus pas Covid-19 kembali meningkat, disertakan kenaikan pada jumlah pasien yang wajib dirawat di rumah kusam ekstra dalam sebagian hari terakhir. Meski demikian, ekonom belum khawatir kenaikan kasus buat menyebabkan perekonomian jatuh bagai tahun-tahun sebelumnya.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 3 Mei, konfirmasi kasus betul aktual mencapai 2.647 beserta kematian 25 orang. Kenaikan kasus agak disusuli peningkatan perawatan pasien akan rumah ngilu bahwa tercermin dari okupansi dunia tidur bahwa meningkat. Beberapa rumah ngilu mengalami lonjakan lebih dari 50%.

Jika melihat catatan historis tiga tahun ke belakang, kenaikan kasus sering kali menjadi informasi buruk bagi perekonomian. Pada awal gelombang Covid-19 tahun 2020, perekonomian Indonesia bahkan minus  karena masyarakat bungkam di rumah selanjutnya aktivitas ekonomi terhenti.

Kendati demikian, Ekonom CORE Indoensia Yusuf Rendy Manilet belum begitu khawatir kenaikan kasus belakangan ini hendak memukul perekonomian. Selain karena lonjakannya kasus aktualnya belum separah saat varian Delta bersama Omicron, mayoritas masyarakat Indonesia doang sudah memperoleh vaksinasi.

Menurut dia, daya tahan masyarakat terhadap Covid-19 saat ini sudah maksimum lebih baik dibandingkan sebelumnya karena makin berlimpah akan sudah memperoleh vaksinasi, terbersetuju suntikan booster. ondisi itu seharusnya bisa meminimalisir peningkatan signifilan pasien akan harus dirawat dempet rumah sakit.

"Atas dasar itu, kemungkinan ringkasatan yang lengangbil pemerintah tidak akan ekstrem sebagai saat ada Delta maupun Omicron yang meneraplan PPKM ketat bagi meminimalisir penularan," kata Yusuf, Kamis (4/5). 

Kebijakan restriski sebagai PPKM ini sangat berpengaruh ke ekonomi. Kebijakan restriksi Covid-19 yang ketat bisa membebani perekonomian karena aktivitas masyarakat terhenti. Namun Yusuf melihat kalaupun pemerintah harus kembali memberlakukan PPKM, kebijakannya kemungkinan tidak seketat sebelumnya. 

Senada, ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB Universitas Indonesia doang melihat kenaikan kasus saat ini belum memberi dampak bahwa signfikan ke perekonomian. Menurutnya, kasus Covid-19 doang tidak lagi menjadi perhatian spesial terhadap prospek perekonomian tahun ini.

"Tentu dampaknya ke ekonomi akan hebat jika kasusnya naik tajam, tetapi hebatan dampaknya tentu akan tergantung seberapa tajam kenaikannya," ujarnya.

Kementerian Kesehatan  kembali memperingatkan masyarakat terkait peningkatan kasus Covid-19. Kenaikan itu pun diiringi makin luber pasien yang harus dirawat atas rumah remuk. Berdasarkan data Rabu (3/5),  seluber 2.696 pasien masih dirawat atas rumah remuk, mayoritas pasien isolasi dan 140 diantaranya pasien intensif.

Tingkat keterisian Rumah Sakit atau Bed Occupacy Ratio (BOR) pun naik atas 7,47% pada 29 April lampau menjabat 8,1% per kemarin siang pukul 14.00 WIB. Beberapa rumah sakit disampaikan mengalami peningkatan BOR lebih atas 50% sahaja ekstra dalam sehari kemarin.

Kemenkes juga mencatat, sekitar bagaikanga daripada pasien yang dirawat antara rumah nyeri diketahui belum menerima vaksinasi. Bahkan mendekati separuh kematian pasien Covid-19 seberjarak tahun ini, seberlipat-lipat 1.423 orang, diketahui belum divaksinasi.

"Masyarakat jangan lengah. Perketat kembali protokol kesehatan terutama memakai masker dan segera lakukan booster," ujar Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril.